Kamis, 07 Maret 2013

DJANGO UNCHAINED ( 2012 )


Saya bukan penggemar Quentin Tarantino (QT), malahan boleh dibilang tak tahu sama sekali tentang karyanya, Pulp Fiction sampai sekarang belum pernah ketemu, dwilogi Kill Bill sama sekali tak memberikan ketertarikan untuk ditonton, praktis hanya Inglourious Basterds yang sudah saya saksikan, and to be honest, saya tidak terlalu menyukainya, praktis hanya si colonel Hans Landa yang membuat saya terpikat dan membuat saya setia menyaksikan sampai akhir.Ditambah trailer Django yang menurut saya biasa-biasa saja, membuat antusiasme saya semakin meredup untuk cepat-cepat menyaksikannya.Sampai ketika saya kelelahan mengikuti cerita politik di ARGO dan ZERO DARK THIRTY, saya memutuskan untuk mengganti Genre sejenak untuk mengikuti kisah perbudakan para kaum kulit hitam menghadapi penjajahan para kaum kulit putih di kehidupan zaman western ini.Hasilnya ? my oh my..harus saya akui, bahwa Django Unchained adalah film yang paling menghibur ( bukan yang terbaik lo ya) di antara semua contender di ajang oscar 2013 ini.
            Django – with the silent “d” ( Jamie Foxx ) adalah seorang budak kulit hitam yang mempunyai istri bernama Broomhilda (Kerry Washington), sayangnya sang istri dijual kepada seorang tuan tanah kejam bernama Calvin Candie (Leonardo Di Caprio) yang punya hobby aneh – Mandingo (membuat pertarungan sampai mati antara dua budak kulit hitam dengan taruhan uang ).Kehidupan Django yang sedang dipisahkan dengan istrinya tersebut, tiba-tiba berubah total dalam satu malam, ketika seorang pria nyentrik bernama Dr. King Schultz ( Christopher Waltz ) menyelamatkan nya dari cengkeraman tuan nya, dengan meminta sebuah pertolongan.Ternyata pria nyentrik ini adalah seorang Bounty Hunter ( pemburu buronan dengan imbalan hadiah ) yang sangat membenci perbudakan, dan dia sedang mencari beberapa orang buronan, yang wajahnya dapat dikenali oleh Django.Dalam perjalanannya, akhirnya mereka berdua menjadi sepasang Bounty Hunter yang saling bahu membahu, sampai dimana akhirnya mereka berdua menyusun rencana untuk melepaskan Broomhilda dari rumah Calvin Candie, yang kepala urusan rumah tangganya adalah seorang bernama Steven (Samuel L Jackson), seorang pria kulit hitam yang sangat mendukung kaum kulit putih.
            Paruh pertama film ini benar-benar luar biasa dan menghibur, terima kasih buat Christopher Waltz yang sejak kemunculan pertamanya langsung membuat saya terpaku mengikuti kisah mereka, in fact, justru Jamie Foxx menjadi seperti pemeran pembantu dalam paruh pertama film ini, karena jelas semua highlight tertuju ke tingkah kocak dan nyentrik sang dokter gigi sinting ini.ketika menyaksikan awal film ini, saya teringat pengalaman ketika saya menonton No Country For Old men, ketika Anton Chigurl ( Javier bardem ) sudah muncul di layar, saya terus menanti-nanti kejutan-kejutan apa lagi yang terjadi berikutnya.
            Ketika kisah memasuki pertengahan, dan Leonardo Di caprio Muncul bersama Samuel L Jackson, highlight mulai terbagi rata, Leo harus di akui berhasil mengendalikan emosinya untuk menampilkan sosok seorang tuan tanah yang tenang namun menyimpan jiwa psikopat yang menyeramkan, dan Samuel L Jackson ? duh…menyebalkan nya minta ampun.Kebrilianan akting mereka bertiga, mau tak mau akhirnya benar-benar membuat sang karakter utama Django menjadi kekurangan cahaya spotlight.
            Barulah di Chapter akhir, Jamie Foxx diberikan satu panggung tersendiri yang sayangnya tidak ditopang oleh naskah yang brilian seperi chapter-chapter sebelumnya.Sejujurnya saya sedikit merasa kecewa dengan bagian-bagian terakhir dari kisah Django ini, dengan awal sampai ¾ film yang sangat solid, QT seperti mempercepat   akhir dari film ini dengan sebuah ending yang terkesan terburu-buru dan menggampangkan.( I think you all agree if you already saw this movie).Mungkin harusnya QT menerima saran dari para petinggi studio untuk membuat film ini menjadi dwilogi seperti yang ia lakukan dalam Kill Bill.
            But overall, walau endingnya bagi saya sedikit merusak apa yang dibangun dari awal, namun Django Unchained tetap lah sebuah karya yang sangat menghibur dan sangat menyenangkan untuk disaksikan, dengan banyaknya tribute dari sang sutradara terhadap film-film klasik dan Cult, ditambah elemen kesadisan hiperbola  yang anehnya tak terasa menjijikkan, dan tak lupa selipan scoring dan soundtrack yang very catchy.I have to admid that I am very satisfied with this movie.

4 komentar:

Nugros C mengatakan...

haha--ini film yg gw kasih nilai perfect taun lalu---

gw blom nonton ulang sih, tapi yg pasti pertama nonton bner2 puas bukan main, bner yg kau bilang---ini yg paling menghibur di line-up Best Picture Oscar,

Christoph keren kok gw akui, tapi penipuan kategori tuh, harusnya dia masuk Lead- bukan supporting ^^

novry mengatakan...

iya nieh..aku jg bingung kok christ bisa.masuk supporting..padahal dia kelihatan lebih dominan dari django..pas uda koit..rada males ngelanjutin kisah djangonya..kehilangan kharisma si chris..

Nugros C mengatakan...

haha--Jamie Fox emang ga dpt bnget tuh jadi Django, malah keliatan cengo..*eh....

eh, btw poster ni film yg lu di atas pake baru liat tuh gw, keren euy..

novry mengatakan...

Gua juga sempat ragu, apakah nie poster memang bener atau enggak ( jangan-jangan poster django zamannya franco nero dulu )..tapi karena melihat muka nya si leo dan Christ..baru gua yakin haha..