Senin, 02 April 2012

THE RAID (2011)



Cast : Iko Uwais, Donny Alamsyah, Ray Sahetapy
Director : Gareth Evans

            Akhirnya The Raid sampai ke bioskop dikota kecil ku yang tercinta ini, sehingga kesempatan untuk memuaskan dahaga penasaran yang selama ini tertahan  akhirnya bisa tersalurkan.Seperti diketahui, The Raid adalah produksi dari Merantau Film Production yang sebelumnya menelurkan film merantau yang berhasil mengorbitkan pencak silat  Indonesia ke mata dunia.Setelah mendapat banyak penghargaan dari berbagai festival film, Sony Pictures mengambil alih hak siar nya, yang membuat The Raid mengalami penundaan untuk sampai ke tanah air, dan tertunda lebih lama lagi untuk sampai ke kota kecilku ini :) . Walau datang dengan sedikit tergopoh-gopoh, ditambah dengan tempat duduk yang sedikit membuat leher tak nyaman, dan dilengkapi oleh sound system yang suka datang dan pergi sesuka hatinya, akhirnya penantian panjang ini terlampiaskan sudah (halahhh gayamu le..).
           Dimulai dengan berpamitannya Rama (Iko uwais) kepada istrinya yang sedang hamil untuk menunaikan tugas mulia nya sebagai seorang polisi, scene berpindah ke dalam mobil berisi sekumpulan prajurit yang ternyata adalah para pemula. Dari sini saya sudah tersenyum-senyum geli oleh arahan yang diberikan oleh Jaka (Joe Taslim) pada anak buahnya, dengan mimik muka yang seperti lagi dihukum didepan kelas, ia memberikan arahan yang tidak jelas kedengerannya ditelinga  saya, entah karena bahasa yang kaku, atau mungkin karena artikulasi yang terlalu cepat.
            Kemudian Scene pindah ke dalam sebuah gedung tua , ada Tama disitu (Ray Sahetapy) yang ditemani oleh Andi (Donny Alamsyah) dan Mad Dog (Yayan Ruhian ) yang sedang berdiri didepan para tawanan yang babak belur ..dan…BAM...walalu sudah diprediksi..namun adegan berikutnya tetap aja membuat saya terlunjak dari kursi saya.
            Hari itu pasukan yang berjumlah 20 orang dipimpin oleh Jaka dan atasannya Wahyu (Pierre Gruno) berencana menyerbu sebuah gedung yang ditempati oleh banyak gembong kriminal yang puncaknya dipimpin oleh Tama. Namun dalam perjalanannya untuk sampai ke lantai 15 tempat Tama berada, rencana ini sudah keburu ketahuan, dan akibatnya, dari rencana awal mereka yang hendak memburu, malah menjadi terbalik, mereka lah yang menjadi terburu.Tama beserta seluruh kriminal penghuni gedung tidak segan-segan menghabisi seluruh pasukan tersebut dengan segala cara.
            Plot yang setipis kertas, tidak adanya karakterisasi yang kuat yang membuat tidak adanya rasa perduli dari penonton apakah pasukannya akan selamat atau tidak, ditambah lagi akting para pemainnya yang standar (praktis hanya Ray sahetapy yang benar-benar menguasai layar dan membikin merinding dengan kebengisannya). ditambah dialog yang kaku dan artikulasi yang kadang tak jelas..lengkap sudah kekurangan yang dimiliki oleh film ini.
            Jadi burukkah film ini ? Enggak tuhhhhh….soalnya semua kelemahan yang ada diatas hanya ada di sepersepuluh bagian film ini.Sisanya di isi oleh adegan aksi yang bener-bener membikin mata terbelalak, telinga berdesir dan mulut ternganga (halahh gayamu lagi le..).Sudah  SANGAT lama saya mem blacklist film-film bertema martial art dari daftar tontonan saya, simple aja, cerita nya dangkal, dan rasa bosan melihat adegan aksi yang bisa ditebak.The Raid pada awalnya sepertinya juga akan terjebak dalam  steorotype seperti itu, namun bedanya itu tidak berlaku untuk adegan-adegan aksi nya, banyak adegan-adegan aksi, dari permainan senjata, pisau sampai adegan perkelahian tangan kosongnya digarap dengan cerdas dan menyegarkan.Apa yang saya maksud dengan menyegarkan adalah banyaknya  adegan  finishing yang  berbeda dengan  pakem yang sudah ada.Ditambah lagi Gareth Evans tidak segan-segan menghamburkan darah yang banyak (namun tidak berlebihan) yang membuat efek dramatisasi semakin bertambah.Beberapa kali saya mendapati diri menutup mata karena sadisnya.
            Khusus untuk koreografi pertarungan tangan kosongnya, saya benar-benar harus mengacungi jempol untuk Gareth, Iko dan Yayan yang berhasil membawa pertarungan yang dihadirkan sampai ke level dunia.Walau saya bukanlah seorang yang tahu tentang bela diri, namun saya bisa merasakan bahwa pertarungan yang mereka lakukan bukanlah pertarungan yang dipercantik oleh editing kamera namun murni oleh kemampuan bela diri mereka yang memang luar biasa.Adegan cantik dan brutal bisa digabungkan menjadi satu tanpa kehilangan esensinya masing-masing, dan satu hal lagi, penggunaan darahnya benar-benar dalam porsi yang pas alias tidak berlebihan.
            Keberhasilan lain dari Gareth Evans adalah pengaturan tempo yang cukup baik, ia tahu kapan harus menyelipkan adegan drama dan Twist agar para penonton bisa menarik nafas untuk sementara waktu, untuk kemudian kembali menghentak adrenalin dengan adegan-adegan pertarungan atau aksi tangan kosong yang membuat penonton menahan nafas.Penggunaan adegan lambat, atau permainan cahaya pun beberapa kali dihadirkan dengan cantik sehingga memberikan tanda bahwa  The Raid adalah sebuah tontonan yang berkelas.
            Overall : The Raid bukanlah sebuah film yang “hebat” dan memberikan inspirasi yang luar biasa, Namun sebagai sebuah film aksi, The Raid menjalankan tugasnya dengan sangat baik sehingga akhirnya dapat menembus pasar internasional  dan  membawa budaya beladiri pencak silat kita ke level dunia, dan ketika ending credit bergulir, tersirat rasa bangga yang amat besar dengan  mengatakan bahwa ini adalah karya seorang anak bangsa.
           

2 komentar:

MRPBlog mengatakan...

Dahsyat! The Raid mank Action-Packed bro! :D

novry mengatakan...

yo i bro..karya anak bangsa yang membanggakan hehe