Senin, 19 Maret 2012

HUGO (2011)



Cast : Asa Butterfield, Chloe Moretz, Ben Kingsley, Sacha Baron Cohen
Director : Martin Scorsese

            Martin Scorsese adalah sutradara yang boleh dikatakan selalu menghasilkan film yang bagus dan bergema, walaupun ajang Oscar hanya “mengakui” nya satu kali dalam The Departed, namun banyak karyanya yang menjadi hits didunia perfilman, dari yang legendaris seperti Goodfellas, Raging Bull,Taxi Driver, Gangs of New York, The Aviator,   yang kontroversial seperti The Last Temptation of Christ, maupun yang “biasa” namun tetap berada diatas rata-rata seperti Bringing out the Dead ataupun Shutter Island.Masalahnya adalah, boleh dikatakan spesialis beliau  adalah film-film dengan Genre Dark Drama yang menguras emosi dan kekelaman karakter.Sekarang, dengan membesut HUGO, yang sekilas adalah drama keluarga yang identik dengan warna-warni yang membentuk keceriaan, apakah beliau bisa mempertahankan Standart karyanya ? mari berangkat ke kota paris di tahun 1930 untuk mengetahuinya.
            Hugo Cabret (Asa Butterfield) adalah seorang anak gelandangan yang menyambung hidupnya dengan tinggal disebuah stasiun kereta di kota paris.Sama seperti anak gelandangan lainnya, Hugo suka mencuri kesana-kemari dari para penjual makanan yang mana membuatnya menjadi salah satu incaran dari  seorang inspektur stasiun berkaki pincang (Sacha Baron Cohen ) yang berambisi untuk memasukkan semua anak gelandangan ke rumah yatim piatu agar stasiun tersebut bersih dari para pencuri.
            Hugo sendiri punya bakat yang diturunkan dari ayahnya (Jude law), yaitu memperbaiki benda-benda mekanikal, sayangnya ketika mereka berdua sedang mencoba memperbaiki sebuah robot (automaton), ayahnya meninggal dalam sebuah kebakaran dan membuat hak asuh Hugo akhirnya di ambil oleh pamannya (Ray Winstone) yang dengan liciknya memperdaya Hugo untuk merawat sebuah jam besar di tengah kota agar selalu berfungsi dengan baik (yang mana pekerjaaan itu sebenarnya adalah pekerjaan sang paman).
            Proyek perbaikan Automaton yang tertinggal membuat Hugo sering mencuri barang-barang kecil dari toko milik papa George ( Ben Kingsley ), tujuannya jelas untuk merakit kembali semua elemen Automaton agar dapat berfungsi kembali agar dapat  melihat apakah kemampuan sebenarnya dari si Automaton.Semua nya berlangsung lancar sampai suatu hari Hugo tertangkap dan semua barang miliknya disita oleh papa George termasuk buku catatan kecil peninggalan ayahnya.Hugo yang putus asa kemudian menyambangi tempat tinggal Papa George, dimana disana dia berkenalan dengan Isabelle (Chloe Moretz) yang akhirnya menjadi sahabat baiknya dan dengan pertolongan Isabelle papa George mau membantu Hugo untuk memberikan semua elemen yang diperlukan untuk memperbaiki Automaton nya.(asalkan Hugo mau membantu di toko mainan miliknya).Kelak ketika Hugo selesai memperbaiki Automaton, banyak rahasia terungkap, dan akhirnya merubah hidup nya dan hidup papa George selamanya.
            Okey, 11 nominasi Oscar, jelas telah menunjukkan bahwa Martin Scorsese tidak kehilangan sentuhan magisnya walaupun pindah ke “lahan” yang berbeda dari yang biasa dia besut.Dari sisi teknikal Cinematography, Setting, Tata kostum,  semuanya bener-bener hampir sempurna,  setting-setting yang di tunjukkan oleh HUGO benar-benar memanjakan mata saya, tone warna di setiap setting membuat stasiun yang biasanya kumuh, menjadi seperti didalam dongeng (emang ini film dongeng ya hehe ).Sayangnya saya hanya bisa menonton dengan format biasa, entah bagaimana asyiknya ketika melihat dengan efek 3D, ketika dari sisi 2D saja sudah menyenangkan.
But Enough dari sisi teknikal, film dengan efek 3D sedahsyat apapun bila tidak ditopang oleh dasar cerita yang berbobot jelas akan menjadi macan yang tidak bergigi (mengaum namun tidak menimbulkan kesan).Disinilah Hugo akhirnya “menipu” para audience, ”sekilas” Hugo akan menjadi sebuah kisah petualangan fantasy yang akan membuat anak-anak tersenyum girang menyaksikan sampai akhir, namun ternyata Hugo sendiri adalah sebuah film dokumenter yang menceritakan tentang asal mula perkembangan film, sehingga banyak cuplikan-cuplikan film-film dengan pembuatan yang masih sangat sederhana, namun justru membuat kita berdecak kagum melihat betapa cerdasnya para kreator film dijaman itu mengaplikasikan imajinasi mereka kedalam sebuah karya menembus hambatan teknologi yang masih sangat terbatas saat itu.
Sangat mengasyikkan bagaimana impian untuk menghadirkan gambar bergerak (belum ada teknologi suara pada saat itu ) dikerjakan dengan detail-detail yang mengagumkan, membuat para penonton yang menyaksikan nya menjadi terkesima dan terhibur.Ketika kisah sang protagonist  dibuka menjelang penutupan film, perasaan sang antagonis yang mengharu biru ketika menemukan kembali cintanya yang “hilang” kepada film pasti juga akan bisa dirasakan oleh para pecinta film.
Bagi seorang penggemar film , HUGO adalah pengalaman yang menyenangkan, karena menyaksikan film tentang  perjalanan sebuah film adalah seperti mengulang masa-masa kecil dahulu, saya ingat ketika kecil dulu, dengan keterbatasan tinggal dikota kecil, saya selalu kesulitan untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan film, sehingga setiap kali ada informasi tentang film, saya selalu melahap  dengan antusias, dan pengalaman itu seperti terpampang kembali dalam  kisah di film ini.
            Untuk jajaran acting, jelas papa George ( Ben Kingsley ) adalah bintang nya, kalau gak ada dia, greget emosi di film ini akan menjadi datar dan akan kehilangan sebagian kemagisannya.Hugo sendiri ? Asa Butterfield  bermain datar, ekspresi mukanya selalu mengulang adegan gigit bibir yang selalu begitu-begitu aja tanpa muatan emosi, namun tak apalah, masih banyak kesempatan dimasa depan untuk meningkatkan kemampuan aktingnya, sedangkan Chloe Moretz, walaupun Isabelle hanya sebagai tempelan dan pembuka jalan bagi Hugo, Somehow saya melihat aura kebintangan yang akan bersinar terang dimasa depan, setelah Kick Ass yang menohok perut, performance nya di Hugo mengalami penurunan, namun salahkan kepada naskah yang memang tidak memberi dia banyak ruang untuk bergerak, namun rasa-rasanya suatu hari nanti kita akan bertemu gadis kecil ini di nominasi oscar.Sacha Baron Cohen yang juga cuma jadi karakter pelengkap, justru menjadi Scene Stealer disini, aktingnya sebagai seorang veteran perang memberi kesegaran sendiri ditengah keseriusan sebuah film dokumenter.
            Ohh iya, sedikit pengalaman lucu, saya sempat bingung ketika Isabelle berkata kepada sang penjaga perpustakaan, “I think I’m Halfway in love with David Copperfield”, saya bertanya-tanya apakah ada blunder di sini (David Copperfield kan belum lahir di tahun 1930) ? dan kemudian akhirnya saya sadar betapa cekaknya pengetahuan saya tentang sastra (haha..) , karena ternyata yang dimaksud oleh Isabelle adalah buku karangan Charles Dickens – David Copperfield.

Overall : Hugo adalah sebuah kisah yang menceritakan tentang perjalanan magis sebuah mahakarya yang membuat banyak impian anak manusia menjadi nyata, walaupun hanya dalam bentuk gambar dan suara, dan mahakarya itu disebut dengan nama FILM


Tidak ada komentar: